Puisi : Sapaan Tuhan

SAPAAN TUHAN

(karya : Idham Hamdani)

Tuhan menyapa Eduard kecil dengan lembut
Lewat riak gerak daun-daun
Lembut hembusan angin
Dan percakapan alam yang tenang damai
Ia temukan pula taman itu dalam kekhusukkan keluarga
Tuhan mencipta sorga di hatinya
 
Tuhan menyapa Eduard muda remaja dengan lantang
Gonjang ganjing kekuasaan
Kecamuk guncangnya keyakinan
Sampai bahasa kaku jeruji besi
Dingin tembok penjara yang membekukan
Tubuh yang ringkih nyaris habis
Digerogoti penderitaan dan ketidakadilan
Tapi jiwanya tetap tegar membaca bernas sapaan Tuhan
 
Tuhan menyapa Eduard muda dengan bahasa yang dalam
Mengalirlah air mata keprihatinan
Untuk orang miskin, anak-anak yatim,
Dan perempuan-perempuan yang diperlakukan semena-mena
Munster, 3 November 1842
Dia nyalakan cahaya Tuhan untuk orang-orang teraniaya
Orang-orang terpinggirkan
 
Cahaya itu begitu cemerlang
Menyala di daratan
Membara di tengah lautan
Dan mengembara ke benua-benua
 
Pabila kini gonjang-ganjing kehidupan mendera
Pasang surut semangat menerpa
Ombang-ambing gelombang zaman melabrak
Yakinlah itu sapaan Tuhan
Sapaan penguat tekad
Sapaan untuk mengasah jiwa
 
Hari ini 6 Februari 2024
Ada sepucuk api di ujung lilin
Yakinlah ia adalah cahaya dari Münster itu
Membawa endapan keprihatinan
Membawa cahaya Tuhan yang menyala di benua-benua
Nyala yang membara menembus laut samudera
 
Setelah rapal doa, tiuplah ia!
Padamkan ia!
Tapi biarkan ia tetap menyala di hatimu
Membara
Berkobar sepanjang masa
Lalu pejamkan mata sejenak
Setelah keheningan bertahta di pikiranmu
Bukalah matamu perlahan
Lihat!
Engkau tidak sendiri
Di hati mereka juga cahaya itu menyala
Membara
Berkobar sepanjang masa!
 
 
(Puisi dibacakan dalam rangka Hut Pastor Eduard Michelis Tahun 2024)

Leave a Comment