Webinar Meneladani dan Memperjuangkan Spirit Eduard Michelis
Resiliensi merupakan kapasitas seseorang untuk merespons secara sehat dan produktif ketika menghadapi kesulitan atau trauma. Tentunya resiliensi adalah suatu hal yang sangat penting mengingat bahwa dalam aktivitas sehari-hari dibutuhkan suatu pengelola kestabilan tekanan dalam diri agar setiap aktivitas dapat berjalan dengan lancar.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suwarjo “Konseling Teman Sebaya untuk Mengembangkan Resiliensi Remaja”, individu dengan tingkat resiliensi rendah cenderung tidak dapat menilai, mengatasi, serta meningkatkan diri ataupun mengubah dirinya dari keterpurukan atau kesengsaraan dalam hidup. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa resiliensi sangat penting dimiliki seseorang. Dengan resiliensi yang baik, seseorang dapat merespon suatu masalah yang dihadapinya secara lebih positif sehingga seseorang dapat mengendalikan tekanan yang ada dalam dirinya untuk dapat bertahan bahkan bangkit kembali.
Jika melihat situasi tersebut, pemotivasian terkait resiliensi pun perlu dilakukan. Di masa pandemi seperti saat ini, pemotivasian itu dapat dilakukan lewat kegiatan webinar. Seperti yang dilakukan oleh YPII (Yayasan Penyelenggaraan Ilahi Indonesia) cabang Bandung yang menyelenggarakan webinar bertema “Mengembangkan Semangat Berbagi dalam Spirit Pastor Eduard Michelis”. Lewat sosok Pastor Eduard Michelis inilah resiliensi, nilai-nilai hidup dan perjuangan disampaikan. Webinar tersebut menghadirkan dua narasumber, yakni Sr. Marian, SDP selaku koordinator kerasulan panggilan suster SDP dan Pst. Albertus Bagus Laksana, SJ., Ph.D. selaku dekan teologi Universitas Sanata Dharma.
Webinar ini diikuti oleh Ikatan Alumni YPII Bandung dari berbagai angkatan. Dalam webinar tersebut, hadir juga guru-guru purnakarya YPII. Acara tersebut diikuti oleh 140 peserta lewat aplikasi zoom meeting (13/11). Dalam webinar tersebut, narasumber memberikan materi yang sangat menginspirasi dan relevan, yakni mengenai teladan dari Eduard Michelis selaku inspirator sekaligus motivator.
Sosok Eduard Michelis Sang Inspirator
Eduard Michelis adalah seorang pastor yang menjadi inspirator sekaligus motivator. Di tengah Masa Pencerahan (Aufklarung), sebuah masa di mana orang-orang memandang agama hanya sebagai suatu pelengkap identitas warga negara. Ia tetap berjuang untuk menegakkan keadilan gereja Katolik dan membawa gereja Katolik dari masa kegelapan. Sejak usia 13 tahun semangat perjuangan dalam dirinya sudah sangat Nampak. Hal itu terlihat saat ia mengirim surat permohonan kepada raja untuk tidak berlaku semena-mena pada warga, khususnya yang beragama katolik.
Lewat sosoknya kita bisa belajar bagaimana mendalami iman dan kepercayaan yang kita miliki agar kita dapat menciptakan suatu resiliensi yang baik. Baginya, agama bukan hanya sekedar identitas yang tertulis, tetapi agama adalah suatu iman dan perjuangan yang perlu kita hidupi dalam kehidupan. Sejatinya orang beriman pasti akan berjuang agar tidak jatuh dalam lubang dosa, sejatinya orang beriman pun akan berjuang membantu kaum yang lemah, dan sejatinya dalam kehidupan yang penuh cobaan ini, iman serta perjuangan pun sangat kita butuhkan agar tidak mudah jatuh dan berputus asa. Hal tersebut selaras dengan apa yang dilakukan oleh Pastor Eduard Michelis dalam kehidupannya.
Spirit COIS Eduard Michelis
1. Cerdas
Eduard Michelis memiliki jiwa visioner yang berlandaskan visi dan misi yang jelas. Ia mampu mengembangkan diri juga sekitarnya. Oleh karenanya, Eduard adalah sosok inspirator dan motivator bagi umat kala itu.
2. Otentik
Eduard juga memiliki integritas dan loyalitas yang terbukti sejak usia muda. Ia sudah diangkat menjadi sekretaris Uskup sejak muda dan tetap setia menemaninya di jeruji besi. Ia memiliki sikap proaktif untuk membela kebenaran dan antusias dalam menjalani setiap tanggung jawab yang diemban. Tak hanya beraksi, ia juga berani menanggung risiko setiap langkahnya.
3. Iman kuat pada Penyelenggaraan Ilahi
Tentunya, seorang Eduard Michelis dididik untuk takut akan Tuhan. Sehingga ini menjadikannya sebagai orang yang disiplin juga penuh kepekaan, sadar akan kondisi (reflektif), dan tahan dengan ujian (cobaan, cemoohan orang-orang, dsb).
4. Solider
Meskipun Eduard mengalami kesulitan dan penderitaan di masa kecilnya, hal tersebut tidak menghalangi langkahnya untuk tetap berbagi dan menolong sesama. Hal ini ditunjukkan dengan sikap ramah dan bersahabat dengan siapa saja sehingga ia mampu menjalin hubungan dan kerjasama yang baik. Tentu sikap-sikap tersebut telah menjadikannya sebagai agen perubahan yang perlu diteruskan perjuangannya.
Dalam kehidupan zaman yang penuh persaingan ini, kita bisa belajar dari spirit “COIS” yang dilakukan oleh Pastor Eduard Michelis tersebut. Spirit ini relevan untuk kita lakukan dalam kehidupan sehari-sehari, baik dalam lingkungan, kerja, masyarakat, maupun lingkungan keluarga.
Perjuangan Eduard Michelis Memimpin Kongregasi PI
Pastor Eduard Michelis meyakini apabila dirinya dipanggil oleh Allah untuk tugas yang lebih besar. Banyak aktivitas dan perjuangan yang sudah ia lakukan bagi sesama dan gerejanya. Seperti salah satunya, ketika ia berfokus pada perjuangan demi kebutuhan gereja lokal dan universal, seperti pendirian kembali Paroki Munster bersama rekan-rekan imam. Perjuangan- perjuangan yang pernah ia lakukan merupakan bukti kesetiaan, ketulusan, dan keberanian yang ia miliki. Berkat perjuangannya, solidaritas dan kesadaran umat katolik Jerman pun dapat berkembang. Bahkan di sisi lain karena perjuanganya pun ia pernah masuk dalam penjara pada tanggal 29 Juli 1848 atas tuduhan menghina/mencemarkan wibawa pemerintah.
Dari hal di atas, kita dapat mengetahui bahwa perjuangan sosok Eduard Michelis selama hidupnya begitu tulus dan mulia. Sosoknya merupakan bukti nyata dari suatu resiliensi yang baik dalam kehidupan. Semuanya ia curahkan bagi Allah dan sesama. Dari semua yang ia lakukan tergambar juga dalam doa yang ia ucapkan.
“Aku mau menjadi milikMu seutuhnya. Semoga setiap kekuatan badan dan jiwaku, setiap gerak kaki dan tanganku, serta setiap nafasku hanyalah untuk mencintaiMu, diberkati oleh-Mu, dan dipakai oleh-Mu.”
Wafat dalam Iman yang Nyata
Ia wafat pada Jumat, 8 Juli 1855 dan dimakamkan pada 10 Juni 1855 dengan arak-arakan melalui jalan-jalan yang telah dihiasi. Pada pusaranya di Luxemburg, terpampang tulisan “Dalam masa sulit, dia muncul sebagai pahlawan yang memperjuangkan kebenaran. Serangkai bunga hijau memahkotai kepalamu di surga”.
Dalam menjalani aktivitas sehari-hari, resiliensi amatlah penting bagi setiap orang agar selalu memiliki nilai positif dan dapat bertahan dalam kondisi sulit bahkan bangkit kembali. Bercermin dari sosok Eduard Michelis yang mampu bangkit dari keterpurukan, kita sudah seharusnya meneladani dan melanjutkan spirit COIS tersebut.
Titus Anugrah Dewanto Saputra dan Jason Ferdyanto, duduk di kelas XI dan jurnalis aktif di SMA TRINITAS Bandung,